Belajar dari Struggle-nya Pandan

Bang Ridlo
Latest posts by Bang Ridlo (see all)

Tahukah teman-teman, saya semenjak WFH ini mulai menekuni hobi baru, bertanam.

Belakang rumah saya terdapat tanah kurang lebih seluas 50 meter persegi. Serta di depan teras ada kurang lebih 12 m persegi.

Pengalaman bertani saya semenjak dulu sekedar bagaimana membuat tanah gembur, memotong rumput (baca: ngarit) dan menanam benih.

Singkat cerita, saya mulai merapikan tumbuhan yang ada di depan teras. Ada pohon buah Mengkudu yang tingginya sudah 4 m, ada juga pohon Kelor, Laos, Pandan dan tumbuhan lain yang saya tidak tahu namanya apa dan bagaimana bisa tumbuh.

Nah, seperti judul tulisan ini, belajar dari Pandan. Ini berawal dari saat saya merapikan tumbuhan2 tersebut, saya berniat untuk memotong beberapa potong bagian dari pandan yang sudah membesar tetapi terserang hama bekicot.

Harapan saya pandan ini tumbuh dengan rapi, bersih dari hama dan bisa diberikan kepada saudara maupun tetangga.

Nah, setelah saya potong Pandan ini (ada 2 tumbuhan Pandan), lalu saya bersihkan dari kotoran dan tentu saja sisa-sisa bekicot yang cukup banyak.

Setelah saya rendam dan menyiapkan media tanamnya. Saya mulai menanam di 4 titik yang berbeda. 3 titik di depan rumah dan 1 titik di belakang rumah berbarengan dengan pohon Kelor.

Hari berganti hari, sampai kurang lebih 2 pekan berlalu. Saya mulai khawatir, sebab daunnya mulai menguning dan kering. Padahal tiap hari tidak kurang 2x saya memberikan pengairan untuk Pandan ini.

Sempat ada rasa putus asa, sebab semakin lama semakin kering. Saya pun bertanya pada ayah saya yang menurut saya lebih pengalaman dalam hal pertanam-tanaman.

Beliau hanya berkata, “Banyakin airnya, pandan itu suka tanah basah.” dan “Sabar..“.

Saya pun manggut-manggut dan mulai lebih serius memperhatikan untuk memastikan tanahnya selalu basah dan agar Pandan ini bisa bertahan dan bertumbuh dengan baik.

Selepas berkonsultasi saya mulai mengamati lebih detil dan menemukan keajaiban (menurut saya). Meskipun seluruh daun pandan yang saya tanam kering dan menguning, tetapi jika dibuka, terdapat tunas daun yang malu-malu di dalam dan berwarna hijau.

Rasa bahagia menyeruak dan perasaan saya semakin optimis, Pandan ini akan tumbuh dengan baik. Pelajaran yang saya peroleh dari pengalaman ini seperti hal nya kita menghadapi pandemi, baik dalam sudut pandang personal maupun kelembagaan.

___________________

Jika kita melihat Pandan dalam menghadapi perubahan yang besar dan tantangan berupa tanah baru yang kering dan cuaca panas yang terik, maka kita akan melihat bahwa Pandan melakukan setidaknya 2 hal penting:

1. Fokus pada Tunas

Sedari awal tumbuhan Pandan ini sangat mengutamakan pertumbuhan tunas baru. Semua mineral, air, dan energi diarahkan ke pertumbuhan tunas.

Jika diibaratkan, tunas ini seperti inovasi, ketrampilan baru, kompetensi baru yang diharapkan mampu membuat diri kita ataupun organisasi kita bisa survive di New Normal ini.

Maka, jika anda pemimpin fokus pada bagaimana melatih ketrampilan baru, kompetensi baru serta inovasi baru. Inovasi lahir dari kondisi lingkungan kerja yang kondusif serta pemimpin yang mampu mengayomi ide-ide baru.

2. Efisiensi Ekstrem

Pandan memilih ‘mengorbankan’, daun-daun yang besar dan hijau. Sehingga, tampak kering dan dibiarkan tidak berkembang lagi. Jika diibaratkan, maka efisiensi tumbuhan Pandan seperti organisasi yang melakukan efisiensi ekstrem, baik dalam hal finansial maupun SDM yang tidak berkontribusi banyak dan menjadi beban.

Meskipun tampak menyakitkan, karena tumbuhan tampak kering. Pelajaran dari pengalaman saya menanam Pandan ini membuat saya percaya, bahwa selama kita fokus pada 2 hal ini, maka personal maupun organisasi kita bisa bertaman di era yang serba tidak menentu ini, terlebih lagi di masa pandemi.

Di lain kesempatan akan kita urai lebih detil tentang bagaimana membuat lingkungan yang mendukung inovasi dan bagaimana mengefisiensikan.

Semoga tulisan sederhana bermanfaat dan menginspirasi anda.

0

Share on:

Leave a Comment